November 2021



Dalam rangka menyambut Hari Guru Nasional (HGN) tahun 2021, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Tana Tidung menggandeng IGTKI dan Himpaudi KTT melaksanakan Gebyar PAUD, pada Selasa (23/11/2021).

Seratus anak yang didampingi guru dari satuan pendidikan masing-masing turut serta dalam kegiatan tersebut. Berbagai permainan menarik disajikan untuk melatih kemampuan pada berbagai aspek perkembangan yang membahagiakan anak.

Sebagian anak bermain berbasis poyek di gedung serba guna Disdik. Yang lainya bermain pine forest game, mendengar dongeng, dan tebak-tebakan di hutan pinus, tak jauh dari gedung serba guna.

Anak-anak terlihat antusias mengikuti berbagai kegiatan dengan ceria dan penuh semangat. “Kegiatan ini menggambarkan dunia anak yaitu belajar melalui bermain, kebersamaan dan panitia pelaksananya sangat ramah, sehingga anak merasa nyaman,” ungkap Ipeh, guru PAUD Al Amin.

Begitu pun dengan Adhi, orang tua peserta didik TK Negeri Pembina. Ia mengatakan bahwa  kegiatan ini sangat baik untuk anak-anak TK. "Anak dapat saling mengenal dengan siswa sekolah lain. Anak saya sangat senang sampai tidak mau pulang karena asyik mengikuti seluruh rangkaian kegiatan” kata Adhi

Setelah semua permainan berakhir, anak-anak mendapatkan goodie bag berisi peralatan menggambar dan makanan. Kegiatan tersebut diinisiasi oleh Bunda PAUD KTT, Vamelia Ibrahim. Ia mendorong terwujudnya   PAUD Berkualitas di Tana Tidung.









Pembinaan Guru TK/Pendidik KB/TPA/SPS mutlak untuk selalu ditingkatkan kualitasnya. Berbagai upaya dilakukan Pemerintah Daerah Kabupaten Tana Tidung diantaranya dengan memberikan penghargaan dan perlindungan bagi Kepala sekolah dan guru PAUD. 

Salah satu bentuk penghargaan yang dilakukan adalah menyelenggarakan apresiasi Pendidik dan Tenaga Kependidikan, khususnya untuk guru dan tenaga kependidikan PAUD. Kegiatan penghargaan ditujukan untuk mewujudkan peningkatan kompetensi Kepala sekolah dan guru PAUD dalam melakukan proses pembelajaran dalam masa  pandemi Covid-19 yang inovatif dalam mengatasi learning loss.

Selama masa pandemi Covid-19, beraneka ragam strategi dan teknik pembelajaran telah dilakukan Kepala sekolah dan guru PAUD untuk  mengatasi learning loss. Diantara model pembelajaran yang telah dilatihkan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Tana Tidung ialah Pembelajaran Berbasis Proyek berbasis STEAM menggunakan media loose part. 

“Berbagai kreativitas dan inovasi guru kembangkan dalam mengimplementasikan model pembelajaran tersebut dalam proses pembelajaran tatap muka terbatas dengan tetap menerapkan protokol kesehatan. Kreativitas dan inovasi tersebut patut mendapat apresiasi dari Pemerintah Daerah Kabupaten Tana Tidung dan menjadi praktik terbaik yang bisa diimplementasikan dan didesiminasikan kepada guru TK/Pendidik KB/TPA/SPS lainnya.” kata Sekretari Daerah, Said Agil, S.T., M.T. saat membuka kegiatan Apresiasi GTK PAUD Inovatif dan Gebyar PAUD, pada Selasa (23/11/2021).

Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan, Jafar Sidik, mengatakan bahwa apresisi guru dan tenga kependidikan PAUD Inovatif dilakukan melalui beberapa tahapan penilaian. Dimulai dari penilaian naskah untuk mendapatkan 20 peserta yang akan melaksanakan praktik pembelajaran berbasis inovatif. Lima peserta terbaik akan melanjutkan tahapan wawancara. Setelah itu diperoleh tiga pemenang untuk kategori guru dan kepala PAUD. 

“Pemenang mendapatkan hadiah dengan total puluhan juta rupiah dan kami juga mengusulkan tahun depan mengikuti studi inovasi pada PAUD Berkualitas di daerah lainnya. Seperti di pulau Jawa” tambah Jafar Sidik.

Kegiatan tersebut mendapat apresiasi dari Bunda PAUD KTT. Melalui Ketua Pokja Bunda PAUD, Neneng Said Agil, Ia mengatakan bahwa guru dan tenaga kependidikan PAUD merupakan ujung tombak pelaksanaan pendidikan. Kepadanya generasi emas ini dititipkan untuk dididik menjadi sumber daya manusia yang berkualitas sebagaimana menjadi misi Bupati dan Wakil Bupati.

“Jalan terjal dilalui para guru kita dalam melaksanakan tugas mulia ini. Mulai dari kompetensi guru yang dituntut untuk terus ditingkatkan sesuai kemajuan zaman, kesejahteraan guru honorer yang belum memadai, hingga perlindungan dalam menjalankan tugas yang belum terjamin. Di momen ini, saya mengajak kita semua untuk memberikan dukungan secara optimal kepada guru-guru kita. Mari kita wujudkan PAUD Berkualitas di Tana Tidung” pesan Bunda PAUD.

Penulis: GTK Paud

Editor: Admin






















 

Oleh Erti Triana, S.Pd, Guru Bahasa Inggris SMP N 6 Tana Tidung, Kabupaten Tana Tidung, Kalimantan Utara

Bagaimana cara mengajarkan text procedure agar efektif dan menyenangkan? Siswa saya ajak menyeduh kopi secara digital.

Pembelajaran bahasa Inggris kerap membosankan karena guru hanya berceramah. Sulit bagi siswa belajar bahasa Inggris jika tidak dirangsang dengan tepat. Pemilihan metode dan alat peraga yang tepat menjadi kunci agar pembelajaran bahasa asing disukai anak didik.

Hal seperti itulah yang saya temukan di SMP Negeri 6 Tana Tidung, Kabupaten Tana Tidung, Provinsi Kalimantan Utara. Masih banyak anak didik yang kesulitan mempelajari text procedure karena diajarkan dengan metode berceramah. Text procedure  adalah teks yang isinya menggambarkan bagaimana sesuatu dapat dibuat atau digunakan melalui serangkaian langkah-langkah. Dalam bahasa inggris lebih dikenal dengan how to make something. Bentuk dari text procedure bisa menjelaskan tentang bagaimana cara melakukan aktivitas tertentu, cara menggunakan alat – alat, dan sesuatu melalui langkah – langkah yang berurutan.

Siswa sering mengalami kesulitan memahami text procedure karena cara penyajian yang kurang kreatif dan monoton. Tidak adanya contoh nyata akan gambaran praktek dalam proses pembelajaran text procedure, membuat siswa sulit untuk memahami pada proses awal.  Selain itu bahasa inggris bukan bahasa sehari – hari siswa, sehingga kekurangan kosa kata membuat siswa sering kesulitan kalimat yang tepat.

Mengatasi masalah ini, saya mengunakan video how to make coffee sebagai media belajar. Video berdurasi 1 menit 33 detik ini saya unduh dari youtube. Video ini mengambarkan tahapan untuk menyeduh kopi. Seorang siswi yang menjadi model di dalam video ini, memperagakan cara membuat kopi. Proses menyeduh kopi ini dilengkapi dengan teks penjelasan tahapan untuk membuat kopi. Video yang saya gunakan dapat dilihat di sini: https://www.youtube.com/watch?v=4i5SjUVOXGY


Pembelajaran saya lakukan di kelas 9. Saya menggunkan proyektor untuk menanyangkan video how to make coffee. Penayangan video ini memberikan gambaran kepada siswa untuk memahami text procedure dengan benar.

Pada saat pembelajaran bahasa Inggris berlangsung, saya menjelaskan kepada siswa tahapan dalam membuat text procedure dalam bentuk video. 1. the goal of activity, 2. material of procedure, 3. steps of goal, 4. conclusion. Saya juga menjelaskan kepada siswa untuk menggunakan pola kalimat imperative di dalam text procedure. Kalimat imperative merupakan kalimat yang maknanya memberikan perintah untuk melakukan sesuatu. Di sini saya juga meminta siswa untuk mengamati video tersebut kemudian memahami urutan serta tujuan dari video tersebut.

Langkah selanjutnya saya meminta siswa melakukan kegiatan project based learning. Saya meminta siswa membuat video text procedure dengan topik membuat makanan atau minuman. Video terdiri dari kata pembuka, memperkenalkan diri, dan jenis prosedur yang akan dilaksanakan, langkah – langkah pengerjaan, dan hasil akhir pengerjaan, serta penutup. Video dapat dikerjakan di rumah dan setelah video selesai dibuat, siswa dapat menyerahkan kepada saya pada tanggal yang telah ditentukan bersama melalui WhatsApp.

Video yang sudah dikirim saya presentasikan pada pertemuan berikutnya. Saya menggunakan proyektor untuk menayangkan video hasil kerja siswa ini. Melalui penayangan ini, siswa bisa saling belajar. Mereka dapat mengetahui berbagai video text procedure dari siswa yang lain. Ketika masing – masing siswa melaporkan hasil produknya, saya dan semua siswa mengamati tayangan tersebut dan diakhiri dengan memberi tanggapan. Pada akhir pembelajaran saya bersama siswa merefleksi proses pembelajaran tentang text procedure secara keseluruhan. Kami bertepuk tangan karena pembelajaran berjalan baik.

Dari beberapa video yang dikirimkan, saya melihat antusiasme dan minat siswa. Bahkan sebagian siswa sudah menggunakan aplikasi – aplikasi pembuat video yang menjadikan kiriman video itu menjadi lebih bagus dan bervariasi. Saya senang karena tampak kreativitas siswa dalam membuat video tentang text procedure sesuai dengan keinginan mereka. 

Salah satu siswa kelas 9E yang bernama Nabila mengutarakan kegembiraannya. Ia sangat antusias membuat video text procedure tentang cara membuat susu semangka (watermelon milk). Nabila menggunakan semangka, susu cair, dan blender. Proses pembuatan watermelon milk direkam dengan baik. Nabila menambahkan teks dan suara di dalam videonya. Video Nabila menjadi lebih menarik.

Awalnya Nabila kesulitan memahami text procedure. Tetapi setelah saya memberikan penjelasan di kelas, Nabila bisa paham dan mampu membuat video tentang text procedure

Para siswa menjadi lebih mudah dalam memahami materi tentang text procedure. Secara tidak langsung siswa belajar text procedure tanpa harus menghafal dan membaca panduan dari sumber buku. Siswa mendapat pengalaman berkreasi tentang text procedure.

Penggunaan video membuat topik text procedure menjadi lebih efektif dan menyenangkan. Media ini lebih efektif jika saya dibandingkan dengan penggunaan media berupa gambar – gambar atau catatan. Tidak hanya dalam pelajaran bahasa Inggris saja penggunaan video dapat digunakan. Mata pelajaran lain juga dapat menggunakannya. Selamat mencoba!

###

Catatan redaksi: Naskah ini dipublikasikan sebagai bagian dari Pelatihan Penulisan Berita dan Praktik Baik Disdik Tana Tidung 2021


Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah Kabupaten Tana Tidung memberikan bantuan operasional pendidikan bagi satuan pendidikan PAUD dengan tujuan untuk meningkatkan layanan pendidikan. Peningkatan layanan pendidikan diukur dari berbagai aspek. Mulai dari jumlah anak yang dilayani, kualitas lembaga berdasarkan nilai akreditasi, dan penilaian peserta didik terhadap layanan di satuan pendidikan.

"Data menunjukkan terjadi penurunan angka partisipasi murni (APM). Tahun lalu, 53% anak usia 4-6 tahun belajar di PAUD. Tahun ini turun menjadi 44%. Ini dapat disebabkan karena kebijakan belajar dari rumah akibat pandemi Covid-19, anak berusia PAUD tetapi bersekolah di SD, biaya pendidikan, kualitas lembaga, kompetensi guru dan faktor lainnya" urai Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan KTT, Jafar Sidik dalam sambutannya membuka Workhop Bantuan Operasional Pendidikan PAUD, pada Senin (15/11/2021).

Sedangkan dari aspek kualitas lembaga, lanjutnya, dapat diketahui dari nilai akreditasi. Saat ini hanya 12 dari 38 lembaga PAUD atau 32% yang memenuhi standar nasional pendidikan dengan kategori baik.

"Kualitas PAUD juga dapat diketahui dari penilaian peserta didik. Kata Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Bapak Nadiem Makarim, jika anak senang pergi bersekolah, maka itulah PAUD berkualitas" tambahnya. 

Untuk meningkatkan layanan PAUD, ia menegaskan agar dana BOP digunakan untuk memenuhi Standar Pelayanan Minimal (SPM) hingga Standar Nasional Pendidikan. Permendikbud Nomor 32 tahun 2018 mengamanatkan Pemerintah dan Pemerintah Daerah menyediakan perlengkapan dasar. Untuk anak usia dini, perlengkapan dasar terdiri dari Alat Peraga Edukatif (APE) dan peralatan menggambar. 

Ia manambahkan bahwa mulai tahun depan Pemerintah Daerah melalui Dinas Pendidikan dan Kebudayaan akan menyediakan seragam gratis bagi siswa PAUD usia 1 tahun pra SD. Ini dilakukan untuk mengurangi biaya pendidikan yang ditanggung orang tua siswa dalam menyekolahkan anaknya. Penyediaan seragam ini merupakan program Bupati dan Wakil Bupati dengan inovasi Ayo SEKULA yang dalam bahasa Tidung berarti ayo sekolah. 

Inovasi lainnya yang tengah dikembangkan pihaknya yaitu SIDIK atau Sistem Informasi Pendidikan Kabupaten Tana Tidung untuk mengetahui progres petumbuhan dan perkembangan anak. Hari ini ada 240 anak bersekolah di TK dan 702 anak di Kelompok Bermain. Tetapi berapa anak yang tumbuh dan berkembang potensinya sesuai Standar Tingkat Pencapaian Perkembangan Anak (STPPA) belum dapat diketahui.

"Anak yang mengalami hambatan pertumbuhan seperti stunting dapat ditangani lebih awal oleh Dinas Kesehatan dan Dinas Sosial. Sehingga terjadi integrasi layanan pada anak usia dini oleh berbagai pemangku kepentingan" pungkas Jafar.


Bunda PAUD Tana Tidung, Vamelia Ibrahim mengajak seluruh pihak untuk turut andil mewujudkan PAUD Berkualitas di bumi Upuntaka. Isteri Bupati Ibrahim Ali tersebut mengatakan bahwa PAUD Berkualitas merupakan bagian dari misi Bupati dan Wakil Bupati Tana Tidung yaitu meningkatkan sumber daya manusia.

Anak usia dini, lanjutnya, mengalami perkembangan dan pertumbuhan yang sangat pesat dan menjadi pondasi pertumbuhan masa selanjutnya. Hingga usia 6 tahun, perkembangan kognitif anak mencapai 95%. Jika pertumbuhan dan perkembangan anak dimasa ini berlangsung optimal, maka berpotensi menjadi manusia unggul di masa mendatang. 

“Mengingat pentingnya masa usia dini, maka layanan pada anak usia dini haruslah berkualitas. Tidak hanya pada layanan pendidikan tetapi juga pada layanan kesehatan, kependudukan, sosial, dan lainnya. Untuk mewujudkan PAUD berkualitas di Kabupaten Tana Tidung, maka dibutuhkan partisipasi dan peran serta berbagai pihak  dalam pembinaan, penyelenggaraan, dan pengembangan layanan PAUD Berkualitas” kata Bunda PAUD, Vamelia Ibrahim yang disampaikan Ketua Pokja, Neneng Suryani dalam Rapat Koordinasi Kelompok Kerja Bunda PAUD yang digelar di Dinas Pendidikan, pada Rabu (10/11/2021).

Salah satu program yang dicanangkan untuk mewujudkan PAUD Berkualitas ialah PAUD Holistik Integratif (HI) yang mencakup perawatan, pengasuhan, kesehatan gizi, pendidikan, perlindungan dan kesejahteraan anak usia dini.  Dengan PAUD HI, layanan anak pada berbagai aspek tersebut dapat dipenuhi.


“Melalui rapat koordinasi ini, diharapkan dapat menggali isu terkini dan masalah berbasis data yang dihadapi dalam mewujudkan PAUD Berkualitas. Berangkat dari masalah yang dihadapi tersebut, disusun program dan kegiatan penanganannya pada organisasi perangkat daerah terkait. Tim Pokja PAUD melakukan fasilitasi, advokasi, monitoring hingga evaluasi terhadap pelaksanaan program tersebut” tambahnya.

Berbagai masalah yang mengemuka dalam kesempatan tersebut. Seperti menurunnya partisipasi anak mengikuti PAUD.  Pada tahun 2020, tercatatat 53% anak usia 4-6 tahun belajar di  PAUD. Di tahun 2021 ini menurun menjadi 44%. Penurunan angka partisipasi ini dapat disebabkan karena kebijakan belajar dari rumah akibat pandemi Covid-19, telah menempuh pendidikan di jenjang sekolah dasar, dan faktor lainnya. 

Untuk meningkatkan angka partisipasi tersebut, maka dilakukan berbagai  upaya. Mulai pemenuhan standar pelayanan minimal dengan wajib PAUD 1 tahun pra SD disertai pemberian perlengkapan dasar hingga peningkatan wadah kreatifitas peserta didik melalui Gebyar PAUD.

Bunda PAUD pun mendorong peningkatan mutu pendidik dan tenaga kependidikan PAUD mulai dari kualifikasi, kompetensi, kesejahteraan hingga perlindungan.  Pada aspek kesehatan, ia mendorong peningkatan konsumsi makanan sehat, bergizi dan berkualitas bagi anak usia dini. Selanjutnya, mensosialisasikan bahaya makanan dan minuman yang mengandung MSG, narkoba, psikotropika dan zat adiktif lainnya (NAPZA).

Tulisan ini seiring dengan publikasi media:

  1. Harian Rakyat Kaltara dengan judul Wujudkan PAUD Berkualitas Di KTT
  2. Tribun Kaltara dengan judul Anak Usia Dini Potensi Jadi SDM Unggul di Masa Depan, Vamelia Ibrahim Ajak Wujudkan PAUD Berkualitas

 


TIDENG PALE - Risalah kebijakan terbaru yang diterbitkan Pusat Penelitian Kebijakan (Puslitjak) Kemdikbudristek menunjukkan terjadinya kehilangan kemampuan belajar (learning loss) di Indonesia. Studi itu menemukan kehilangan kemampuan belajar sebesar 5-6 bulan untuk bidang literasi dan numerasi di tingkat SD. Pemerintah daerah diminta untuk segera merespons temuan ini. Puslitjak merekomendasikan tujuh langkah strategis yang bisa diambil pemerintah daerah untuk mengantisipasi dampak buruk learning loss. "Alhamdulillah. Kita ucapkan syukur kepada Allah Subhanahu wa ta'ala, karena beberapa dari rekomendasi Puslitjak sudah kita jalankan sejak tahun 2020. Bahkan informasi yang kami terima dari INOVASI yang ikut melakukan studi ini, beberapa rekomendasi yang disampaikan Puslitjak mengambil pengalaman dari Tana Tidung," terang Jafar Sidik, Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Tana Tidung dalam acara Diklat Calon Kepala SD dan SMP di Gedung Serbaguna SMP/SMA Terpadu Unggulan Tana Tidung pada Rabu (03/11).

Dalam laporannya kepada Bupati Ibrahim Ali, Jafar mengatakan Tana Tidung patut berbangga diri karena upaya mencari kembali siswa yang tidak mengikuti pembelajaran jarak jauh (PJJ) pada awal masa pandemi, menjadi salah satu contoh praktik baik yang dirujuk Puslitjak. Tana Tidung berhasil mengembalikan 10 persen dari 12 persen siswa yang sempat hilang dari proses pembelajaran. Keberhasilan ini yang membuat partisipasi belajar di Tana Tidung mampu mencapai 98 persen di masa pandemi.

Lebih lanjut Jafar mengatakan upaya Tana Tidung melatih kepala sekolah, pengawas, dan guru melalui Kelompok Kerja Guru (KKG) dan Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) juga menjadi contoh baik yang diteliti Puslitjak. Melalui pelatihan itu, Tana Tidung mampu menggunakan kurikulum darurat, memodifikasi modul belajar literasi-numerasi Kemdikbud menjadi lembar aktivitas siswa, melakukan assessment diagnosis kognitif dan kognitif, serta melakukan pemulihan kemampuan belajar melalui pembelajaran terdiferensiasi (berbeda).


Jafar mengatakan rekomendasi yang disampaikan oleh Puslitjak ini, menunjukkan bahwa program pendidikan di Tana Tidung pada masa pandemi sudah berada di jalan yang benar. "Kita tinggal mempertahankan dan meningkatkan kualitas dari kegiatan-kegiatan yang sudah kita lakukan selama ini," tegasnya.

Sejumlah keberhasilan di masa pandemi membuat Tana Tidung kerap diundang bicara di tingkat nasional dan provinsi lain di Indonesia. Pada bulan April 2021, Bupati Ibrahim Ali khusus diundang khusus oleh Badan Penelitian, Pengembangan, dan Perbukuan (Balitbangbuk) Kemdikbud untuk berbagai keberhasilan mengantisipasi learning loss. Bupati Ibrahim Ali dinilai progresif karena mampu mempertahankan partisipasi belajar selama masa pandemi sampai 98 persen.


Bupati Ibrahim Ali juga mendapat pujian karena mendorong semua kepala daerah di Indonesia untuk mengambil langkah serius mengantisipasi learning loss. Bupati Ibrahim Ali dalam presentasinya mengatakan, jika tidak direspons segera, maka learning loss bisa membawa dampak sosial dan ekonomi yang besar di masa depan. Anak-anak yang sekarang belajar di bangku sekolah bisa kehilangan pekerjaan saat mereka dewasa. "Masa depan anak-anak kita saat ini, sangat tergantung kepada seberapa serius kita mengantisipasi learning loss," katanya. 

Tokoh pendidikan nasional Najelaa Shihab secara khusus memuji presentasi Bupati Ibrahim Ali dalam Forum Temu INOVASI itu. Inisiator Merdeka Belajar itu, mengapresiasi Tana Tidung karena menggunakan kurikulum darurat. Kakak dari presenter kondang Najwa Shihab itu mengatakan, selain mampu mengurangi beban mengajar guru, penggunaan kurikulum darurat membuat siswa bisa fokus mempelajari kompetensi esensial yaitu literasi dan numerasi. "Kompetensi inilah yang dibutuhkan anak untuk bisa belajar pada level pendidikan selanjutnya," tegasnya.

###

Catatan redaksi: 

Risalah kebijakan Puslitjak Kemdikbudristek tentang learning loss dapat diunduh di sini: https://puslitjakdikbud.kemdikbud.go.id/front_2021/produk/risalah_kebijakan/detail/313838/pemulihan-pembelajaran-waktunya-untuk-bertindak

Rekaman presentasi Bupati Ibrahi Ali di Kemdikbudristek dapat dilihat pada link resmi youtube Balitbang dan Perbukuan Kemdikbud: https://www.youtube.com/watch?v=MiiGvPi7IT4&t=6861s  


Oleh Maslan Bin Abdul Azis, Guru Bahasa Inggris SMPN Terpadu Unggulan (TU) 2 Tana Tidung, Kabupaten Tana Tidung, Kalimantan Utara

Pandemi COVID-19 memberi tantangan baru bagi guru. Hilangnya kemampuan belajar (learning loss) dan menurunnya semangat belajar siswa, menjadi masalah yang membuat guru frustrasi. Namun saya tidak panik menghadapi situasi ini. Saya punya senjata pamungkas bernama test diagnostik dan pembelajaran terdiferensiasi. Kedua senjata ini saya pakai pada topik text procedure.

Kami beruntung karena Disdik Kabupaten Tana Tidung, Kalimantan Utara cepat tanggap dengan masalah guru. Disdik memperkenalkan kami dengan e-PINTAR. Sebuah learning manajemen sistem (LMS) yang dikembangkan Tanoto Foundation. Lewat e-PINTAR kami dilatih menggunakan tes diagnostik dan pembelajaran terdiferensiasi.

Setelah saya mengikuti pelatihan e-PINTAR saya baru mengetahui cara memulihkan kemampuan belajar siswa. LMS ini dilengkapi video dan contoh yang mudah saya pahami. Saya bisa mengerti cara melakukan test diagnostik, mengelompokkan siswa, dan membuat rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) berdasarkan tingkat kemampuan siswa. Penjelasan di e-PINTAR jauh lebih mudah saya pahami daripada penjelasan konvensional yang sering saya dengar.

Kepala Seksi (Kasi) Kurikulum Disdik Tana Tidung, Diana mengatakan, pemulihan kemampuan belajar merupakan kebijakan Bupati Tana Tidung, Ibrahim Ali. Kebijakan ini bertujuan mengantisipasi dampak buruk learning loss. Dalam Forum Temu Inovasi Kemdikbudristek April lalu, Bupati Ibrahim Ali memaparkan strategi Tana Tidung untuk memulihkan kemampuan belajar yaitu dengan melakukan test diagnostik dan pembelajaran terdiferensiasi. Dalam mengimplementasikan kebijakan ini, Tana Tidung mendapat dukungan dari Program Inovasi untuk Sekolah Indonesia (INOVASI) di tingkat SD dan Tanoto Foundation di tingkat SMP. “Tanoto Foundation memberikan dukungan kepada guru-guru kami untuk mengikuti pelatihan melalui e-PINTAR. Tanoto Foundation juga menyediakan fasilitator sebagai pendamping dan rekan belajar kami,” terangnya.

Pembelajaran Terdiferensiasi


Langkah awal melakukan pembelajaran terdiferensiasi, adalah melaksanakan test diagnostik. Tujuannya untuk mengetahui level kemampuan siswa. Terdiri dari dua bagian tes. Pertama, test diagnostik kognitif. Digunakan untuk mengetahui level penguasaan kompetensi siswa sesuai kurikulum. Sedangkan bagian kedua, adalah test diagnostik non kognitif. Digunakan untuk menilai kesiapan belajar siswa. Baik secara psikologi, ketersediaan sarana belajar, dan dukungan keluarga. 

Dari kedua test diagnostik ini, kami bisa mengetahui siapa siswa yang mengalami learning loss. Dari sanalah guru bisa membuat pembelajaran terdiferensiasi (pembelajaran berbeda). Pembelajaran berbeda maksudnya anak belajar sesuai level kemampuannya. Walau anak berada di jenjang kelas yang sama, namun mereka tidak akan belajar dengan satu materi yang sama. Guru membuat beberapa materi belajar yang berbeda tingkat kesulitannya. 

Selain itu, guru akan mengalokasikan waktu pendampingan belajar lebih banyak kepada siswa yang paling tertinggal atau mengalami learning loss. Sehingga pada waktunya nanti, kemampuan siswa bisa sama atau mendekati kemampuan rekan-rekan lainnya yang tidak mengalami learning loss.

Text Procedure


Saya mencoba melakukan 
pembelajaran terdiferensiasi pada topik text procedure dalam pelajaran Bahasa Inggris di kelas 9 SMP.

Dari hasil test diagnostik, saya membagi siswa menjadi tiga kelompok: (1) kelompok kemampuan di atas rata-data, (2) kelompok rata-rata kelas, dan (3) kelompok di bawah rata-rata.

Siswa di kelompok di atas rata-rata, saya berikan tugas pengayaan dengan pedalaman materi yang sedikit lebih tinggi.

Sedangkan siswa di kelompok rata-rata, saya berikan tugas sedang dengan menyisipkan tantangan agar mereka lebih terdorong untuk belajar. Jika mereka mengalami hambatan, saya minta mereka untuk bertanya terlebih dahulu kepada tiga orang temannya. Jika tidak menemukan jawaban, mereka baru boleh bertanya ke guru. Siswa kelompok di atas rata-rata saya minta membantu siswa di kelompok rata-rata ini. Dengan bertanya kepada siswa lain, saya mendorong mereka bisa saling membelajarkan (peer teaching). 

Bagaimana dengan siswa di bawah rata-rata? saya bimbing langsung. Saya berikan mereka perlakuan khusus. Jika diperlukan, saya bahkan memberi tambahan waktu belajar di luar jam sekolah. Tambahan waktu belajar ini membantu saya agar tidak kerepotan untuk menyeimbangkan kemampuan siswa saat mereka belajar di kelas.

Dua siswa saya bernama M. Faudzan Adzim dan Ahmad Rozjak, mengakui manfaat pembelajaran terdiferensiasi ini. Fauzan misalnya. Karena kemampuan belajarnya tertinggal, Ia dulu sering tidak mendapat peran saat kerja kelompok. Rekannya yang lebih menguasai materi selalu mengabaikan Fauzan. Ia pun merasa tertekan dan merasa bukan anggota kelompok. Tapi sekarang Ia senang belajar dengan kelompoknya, karena sudah diterima dengan baik. Sedangkan Rozjak ingin selalu belajar berbeda. Ia mau semua guru menggunakan pembelajaran terdiferensiasi.

Sebagai guru, saya senang degan proses yang kini terjadi. Saya kini bisa membantu anak-anak yang paling tertinggal dan menderita karena pandemi COVID-19 ini.

###

Catatan redaksi:

1.     Naskah ini pertama kali diterbitkan oleh kumparan.com pada Minggu, 07 November 2021. Link berita dapat dibaca: https://kumparan.com/program-pintar/pembelajaran-terdiferensiasi-buat-belajar-text-procedure-lebih-menyenangkan-1ws85YyeHyr/full 

2.     Naskah ini dipublikasikan sebagai bagian dari Pelatihan Penulisan Berita dan Praktik Baik Disdik Tana Tidung 2021 


Oleh Nuryah Harahap, S.Pd, Guru Bahasa Inggris SMPN 2 Tana Tidung, Kabupaten Tana Tidung, Kalimantan Utara.

Di dalam bahasa Inggris ada 4 komponen penting yang harus dikuasai yaitu: speaking, writing, reading dan listening. Speaking (keterampilan berbicara), menurut saya paling penting dikuasai siswa. Agar siswa bisa lancar berbicara, guru bisa mencoba menggunakan Captain's Game.

Bila ingin bergabung dengan komunitas global, kuasailah bahasa Inggris.  Ia bahasa internasional. Lebih dari 60 negara di dunia menjadikan Bahasa Inggris sebagai bahasa resmi. Setidaknya ada 1,13 miliar penuturnya. Selain itu, dengan menguasai bahasa Inggris, kita bisa berkelana ke banyak negara.

Begitu pentingnya menguasai bahasa Inggris, pemerintah Indonesia menjadikannya sebagai mata pelajaran yang wajib. Mulai dari SMP sampai di  perguruan tinggi. Bahkan ada beberapa sekolah yang telah mengajarkan bahasa Inggris  dari tingkat SD. 

Salah satu komponen yang paling penting dalam bahasa Inggris adalah keterampilan berbicara (speaking). Mengingat bahasa Inggris sebagai bahasa internasional. Ia sangat dibutuhkan ketika kita berinteraksi dengan orang asing. 

Karena alasan itulah, saya menekankan kepada anak didik saya supaya membiasakan diri berbicara bahasa Inggris. Meskipun tidak sempurna atau masih dicampur dengan bahasa Indonesia, baik saat berbincang dengan sesama siswa maupun dengan guru atau pada saat pembelajaran di kelas.

Namun saat  pembelajaran, saya sering menghadapi kendala dalam mengajarkan speaking. Hal ini disebabkan kurangnya minat belajar siswa dalam memahami bahasa Inggris. Bahasa Inggris dianggap bahasa yang sulit dan momok yang menakutkan. Minimnya kosa kata atau perbendaharaan kata bahasa Inggris. Kendala lain, kurangnya rasa percaya diri anak dalam berbicara bahasa Inggris.

Untuk mengatasi kendala itu saya membuat satu permainan yang saya sebut Captain's Game. Permainan ini saya lakukan untuk melatih keberanian siswa berbicara, sekaligus secara tidak langsung menambah kosa kata siswa dalam bahasa Inggris. 

Permainan ini saya lakukan pada awal pembelajaran. Dalam pelaksanaannya, saya atau salah seorang siswa menjadi kapten yang menjadi pemimpin permainan. Kapten harus berdiri di depan kelas. Siswa diinstruksikan berhitung dengan menggunakan bahasa Inggris satu persatu sebanyak siswa yang ada di kelas dan itulah nomor mereka sesuai hitungan tadi.

Sebelum permainan dimulai, kita terlebih dahulu menentukan topik permainan misalnya tentang color (warna). Jadi ketika si Kapten menyebutkan “Kapten One”, siswa yang urutan nomor 1 menjawab warna yang dia sukai. 

Kemudian Ia harus menunjuk temannya lagi nomor berapa yang dia inginkan, begitu seterusnya sampai game berakhir. Kemudian siswa yang tidak bisa menjawab akan diberi sanksi. Sanksinya berupa tiga pilihan. Siswa bisa memilih salah satunya: menyebutkan 5 kosa kata yang mereka kuasai, menyanyikan lagu bahasa Inggris, atau bercerita (story telling).

Saya juga mewajibkan siswa mengapal 5 kosa kata setiap hari. Selain itu, saya membiasakan siswa berbicara bahasa Inggris selama proses pembelajaran berlangsung di kelas.

Dari berbagai upaya yang saya lakukan, saya melihat siswa banyak mengalami perubahan. Rasa percaya diri mereka semakin tumbuh. Siswa sudah mulai terbiasa mengucapkan 5 kosa kata baru dalam bahasa Inggris setiap harinya. Selain itu, siswa juga sudah mulai menggunakan bahasa Inggris ketika proses pembelajaran berlangsung, meskipun masih jauh dari sempurna.

Salah satu siswa yang bernama Cici Mutiara bahkan sudah berani tampil di depan teman-temannya memperkenalkan diri menggunakan bahasa Inggris. Dan bicaranya lancar. 

Kelas speaking ini sangat membantu siswa saya mampu berbicara bahasa Inggris. Sejak awal, saya tidak menuntut mereka lebih banyak belajar konsep, tapi saya lebih menginginkan mereka berlatih speaking setiap hari. Karena praktek langsung akan lebih bermanfaat dalam belajar bahasa Inggris.

Bagi Bapak dan Ibu guru Bahasa Inggris yang tertarik menggunakan Captain's Game, silahkan dicoba. Semoga menyenangkan!

###

Catatan redaksi: Naskah ini dipublikasikan sebagai bagian dari Pelatihan Penulisan Berita dan Praktik Baik Disdik Tana Tidung 2021 



TIDENG PALE - Disdik Tana Tidung memfasilitasi rapat koordinasi lintas organisasi perangkat daerah (OPD) untuk menindaklanjuti program satu desa satu taman baca masyarakat (TBM), Kamis (04/11). Program ini dicetuskan Ketua Tim Penggerak (TP) PKK Kabupaten Tana Tidung Vamelia Ibrahim. Dalam kegiatan Webinar bertajuk Meningkatkan SDM Tana Tidung yang Berkualitas Melalui Taman TBM, Agustus lalu, Vamelia meminta semua OPD ikut mendukung pembentukan TBM. Pembentukan TBM ini merupakan bagian dari visi-misi Bupati Ibrahim Ali untuk mewujudkan Tana Tidung Bermartabat, Sejahtera, Indah dan Humanis (BERSIH). 

 
Kepala Disdik Tana Tidung, Jafar Sidik mengatakan, rakor yang dilaksanakan secara virtual tersebut, membahas tiga agenda. Pertama, menyatukan persepsi lintas OPD untuk mewujudkan program satu desa satu TBM. Kedua, membagi peran dan tanggung jawab antara OPD sesuai tugas dan fungsi masing-masing. Ketiga, menyusun kerangka aksi bersama lintas OPD. "Hasil dari rakor ini nanti akan menjadi dasar masing-masing OPD untuk memasukkan dukungan kepada program satu desa satu TBM ke dalam anggaran masing-masing di tahun 2022," terangnya.

Sedangkan Kasi Kurikulum, Diana mengatakan Disdik Tana Tidung telah mempersiapkan tiga bentuk dukungan untuk mewujudkan program Ketua TP PKK Tana Tidung. Pertama, Disdik mendorong semua guru yang sudah terlatih untuk membantu TBM baik sebagai narasumber pelatihan maupun sebagai relawan di desa masing-masing. Kedua, meminta sekolah meminjamkan untuk sementara buku-buku non teks pembelajaran kepada TBM. Peminjaman buku ini bertujuan agar kegiatan TBM bisa segera berjalan. Peminjaman dilakukan sampai TBM bisa membeli sendiri buku yang dibutuhkan. Ketiga, mendorong sinergi antara sekolah dan TBM untuk membantu siswa yang mengalami hambatan belajar dan kehilangan kemampuan belajar (learning loss). “Sekolah sudah memiliki data peta kemampuan membaca siswa. Data ini akan dibagi kepada TBM sehingga apat membantu anak-anak di luar jam sekolah,” terangnya.

Plt. Kepala Dinas Sosial, Pemberdayaan Masyarakat Desa (Dinsos PMD) Tana Tidung, Syahrin mengatakan, pihaknya sedang bekerja untuk menyelaraskan program satu desa satu TBM dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa (RPJMDes). Melalui penyelarasan ini maka desa harus memprioritaskan pembangunan perpustakaan desa (perpusdes) maupun TBM. Dinsos PMD juga membuat standardisasi operasional TBM.”Semua akan diatur dalam Peraturan Bupati,” tambahnya.

Ketua Tim Penggerak (TP) PKK Tana Tidung, Vamelia Ibrahim Ali mengapresiasi dukungan dari OPD kepada program satu desa satu TBM. Ia mengatakan, sesuai fungsinya, TP PKK akan mengambil peran untuk menggerakkan dan membina kader PKK menjadi menjadi relawan TBM.“PKK juga akan melatih semua kader agar mampu menggunakan teknik membacakan cerita yang menyenangkan,” tambahnya.

Vamelia menekankan bahwa memiliki keterampilan membaca, merupakan faktor penting yang menentukan tumbuh kembang intelektual, karakter, dan keterampilan anak di masa depan. Ia meminta pimpinan OPD dapat menindaklanjuti program satu desa satu TBM sesuai tugas dan fungsi masing-masing.

###


Oleh Lilis Suryana, Staf Dinas Pendidikan Tana Tidung

Pembelajaran jarak jauh (PJJ) secara online memberikan banyak dampak positif, namun juga membawa dampak negatif. Salah satu dampak negatifnya, anak menjadi terlalu sering terpapar gawai. Kondisi ini bisa memicu kecanduan gawai pada anak. Ini cerita Cici Parmita yang berhasil memutus potensi kecanduan gawai menggunakan kontrak perilaku.

K seorang Ibu rumah tangga. Ia sempat pusing memikirkan anaknya. Namanya R. Ia siswa kelas V di salah satu sekolah dasar negeri di Kabupaten Tana Tidung, Provinsi Kalimantan Utara. Saban hari R kerjanya bermain gawai. Seperti tidak kenal waktu. Celakanya, tugas-tugas belajar dari gurunya sering R abaikan.

Kebiasaan R menghabiskan waktu bermain gawai terjadi sejak pandemi Covid-19. Sebagai ibu, K khawatir, seperti apa kelak masa depan anaknya itu. Selain lupa belajar, gara-gara sibuk main gawai, R juga menjadi jarang bersosialisasi dengan lingkungan sekitarnya. Termasuk bermain dengan teman-teman sebayanya. Hal ini jelas akan menghambat pertumbuhan sang anak. Baik secara kepribadian maupun jiwa sosialnya.

Mendengar keluh kesah Bu K ini, Cici Parmita terpanggil membantu. Cici adalah seorang mahasiswi Bimbingan dan Konseling (BK) di Universitas Borneo Tarakan. Cici berniat membantu anak tersebut dalam mengubah perilaku dan kebiasaan buruk.

Kebetulan sekali selama masa pandemi berlangsung, Cici juga mengikuti perkuliahan secara online.  Kondisi itu pula yang membuat Ia pulang ke kampung halamannya di Desa Sesayap. Berada di kampung halamannya, Cici melihat di lingkungan sekitarnya, banyak anak tidak bisa melakukan sekolah tatap muka termasuk R.

Cici mengatakan masalah yang dialami R sesungguhnya tanggung jawab masyarakat juga. Anak itu menjadi lebih akrab dengan gawai lantaran terlalu lama belajar mandiri di rumah. Pandemi Covid-19 yang berkepanjangan ini telah berdampak kepada kehidupan R. Sudah banyak studi menunjukkan, pembelajaran jarak jauh (PJJ) yang berkepanjangan telah memicu rasa bosan belajar. Masalah ini terjadi di seluruh dunia, termasuk di Tana Tidung. Masyarakat juga sering luput memperhatikan masalah ini. Masyarakat sebaiknya ikut berpartisipasi mengatasi masalah ini, karena tidak semua urusan pendidikan mampu diselesaikan sekolah dan guru. “Kami akui, anak didiklah yang merasakan kerugian paling besar dari pagebluk ini,” tukas Cici.

Cici mengatakan bahwa, anak yang kecanduan gawai masih bisa diselamatkan. Metode atau teknik kontrak perilaku bisa dicobakan. Kontrak perilaku akan memotivasi anak untuk fokus mencapai tujuan belajar.

Cici kemudian menyiapkan kontrak perilaku. Cici menemui orangtua R untuk menandatangan kontrak tersebut. Kontrak ini menuntut komitmen bersama dari orang tua murid untuk menjalankan layanan konseling individu. Layanan konseling individu ini ditujukan untuk mengatasi kurangnya motivasi anak dalam belajar.

Pada teknik ini Cici mengajak orang tua murid untuk berpartisipasi dalam pengubahan perilaku anak. Diantaranya, dengan cara orang tua lebih memperhatikan anak (meluangkan waktunya untuk anak), mengajak anak berdiskusi, mengajak anak bertukar pendapat serta membantu konselor dalam mengontrol proses kontrak perilaku yang telah disetujui oleh orangtua dan anak pada lembar kontrak perilaku yang telah disepakati.

Dalam kontrak perilaku tersebut anak menyetujui perilaku-perilaku yang akan diubah dengan jangka waktu yang telah ditetapkan. Tentu berlaku sistem reward (hadiah) dan punishment sebagai konsekuensi yang akan diterima anak dalam teknik kontrak perilaku tersebut, sebagaimana telah mereka setujui bersama.

Kontrak perilaku merupakan intervensi yang digunakan untuk membantu memantau dan mengubah perilaku konseli. Menggunakan kontrak sederhana, harapan seorang konseli dijabarkan secara rinci, bersama dengan tanggapan konselor terhadap pencapaian dari harapan tersebut, menjadikannya dokumen perencanaan yang berguna. Kontrak perilaku juga merupakan kontrak tertulis antara konseli dan konselor yang menguraikan kewajiban (perilaku) konseli dalam memenuhi persyaratan kontrak, serta kewajiban konselor setelah konseli memenuhi kesepakatannya.

Kontrak perilaku yang di buat oleh Cici kepada R merupakan kontrak perilaku yang sederhana yaitu berupa lembar kontrak perilaku yang di buat berdasarkan kesepakatan di antara Cici sebagai konselor kepada R selaku Konselor dan tentunya dengan persetujuan dari K selaku orangtua dari R. Lembar kontrak perilaku disetujui pada Agustus 2021.



Adapun reward yang akan anak dapat dalam kontrak perilaku tersebut yaitu anak dapat bermain game jika telah mengerjakan tugas atau telah mengikuti pembelajaran secara daring atau anak dapat menonton film kesukaannya. Sedangkan jika anak melanggar kontrak perilaku itu, dia akan diganjar berupa penyitaan gawai selama beberapa hari sesuai dengan apa yang telah disepakati. 

Sebelum menerapkan teknik kontrak perilaku ini, jelas si anak sangat candu bermain game (akrab dengan gawai), tidak memiliki motivasi dalam belajar dan tidak bisa mengatur waktunya dengan baik antara bermain dan belajar.

Setelah berjalan kurang lebih satu bulan berlangsung proses layanan individu sesuai kontrak perilaku itu, hasilnya, anak menjadi dapat memanajemen waktunya dengan baik, bisa membagi kapan waktunya bermain, kapan waktunya belajar. Anak menjadi lebih paham apa yang harus ia prioritaskan. Anak juga menjadi termotivasi untuk belajar, mengerjakan tugas dengan baik serta memiliki fokus saat belajar.

Itu nyata terjadi pada diri R. Setelah menjalani kontrak tersebut, perilakunya pun berubah signifikan, dari yang awalnya malas belajar menjadi suka belajar, dari yang sering main game menjadi dapat mengurangi waktu bermain game, serta ia mampu memanajemen waktu antara belajar dan bermain. Semua perubahan itu, tercatat secara rapi dalam buku diary Cici selaku konselor. Dan perubahan R yang jauh lebih baik itu juga dirasakan oleh K, ibunya.

Menumbuhkan motivasi belajar pada anak jelas sangat perlu dilakukan, karena hal itu tentunya akan berdampak positif pada proses belajar anak serta perkembangannya. Pendekatan tepat dan menerapkan metode kontrak perilaku ternyata efektif mengubah perilaku anak, sepanjang ada dukungan dan kerjasama yang baik antara guru/konselor dan orangtua dalam memantau dan membimbing anak selama proses pembelajaran. Kerjasama orangtua dan guru sangat perting untuk menolong anak dalam berkembang menjadi lebih baik.

###

Catatan redaksi: Naskah ini dipublikasikan sebagai bagian dari Pelatihan Penulisan Berita dan Praktik Baik Disdik Tana Tidung 2021 

 

 

 

 

MKRdezign

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *

Diberdayakan oleh Blogger.
Javascript DisablePlease Enable Javascript To See All Widget