Oktober 2021


Circle Time


Oleh Tri Lestari Rakhmawati, SE, PAUD Nurul Jadid, Tideng Pale, Kabupaten Tana Tidung, Kalimantan Utara. 

Pelecehan seksual sering sekali menimpa anak. Penting sekali membangun pertahanan diri (self defense) anak dengan mengajarkan mereka untuk melindungi dan menutup bagian tubuh. Upaya membangun self defense itu bisa kita lakukan dengan kegiatan bermain circle time sambil bernyanyi lagi Kujaga Diriku. 

Pendidikan seksual tidak hanya perlu diajarkan kepada remaja dan orang dewasa, tetapi juga penting untuk diperkenalkan kepada anak sejak usia dini. Kekerasan seksual tidak hanya terjadi pada anak remaja dan dewasa. Anak usia PAUD juga sangat rentan mengalami pelecehan seksual karena keluguan mereka. Anak-anak kita itu banyak yang mereka tidak memahami, bahwa ada bagian-bagian tubuhnya yang harus dilindungi dan tidak boleh di pegang oleh sembarang orang. Ketidaktahuan itu memuat self defense mereka menjadi lemah. 

Membangun self defense ini menjadi materi penting yang kami ajar dan latih di PAUD. Hanya saja, anak-anak PAUD tidak bisa diajar dengan cara berceramah. Dunia anak adalah bermain. Dibutuhkan pembelajaran yang menarik dan menyenangkan agar mereka bisa menangkap materi yang diajarkan. Karena hal itulah, pembelajaran di PAUD memerlukan beragam media permainan yang menarik dan aman.  

Saya mengenalkan pendidikan seksual dengan cara yang sederhana. Saya menggunakan lagu-lagu dan boneka bayi. Penggunaan lagu dan boneka bayi ini, bertujuan agar anak mengetahui perbedaan secara umum antara laki-laki dan perempuan. Perbedaan itu misalnya perbedaan fisik, baju dan tingkah laku atau kebiasaannya. Selain itu mereka juga harus mulai diberitahu tentang batasan fisik yang boleh atau tidak boleh disentuh oleh orang lain. 

Saya melakukan pengamatan pada anak-anak di sekolah. Saya menemukan ada masalah yang sering sekali dibiarkan terus terjadi. Anak-anak kerap membuka pakaian secara sembarang di tempat umum ketika buang air besar (BAB) maupun buang air kecil (BAK). Mereka tidak memperhatikan situasi sekitarnya.  

Ada pula beberapa anak juga yang suka saling mencubit dan mencium pipi temannya dan menyebut pacaran pada temannya. 

Menurut saya, dua hal di atas terjadi karena kurangnya stimulasi yang tepat di rumah. Terkadang orang tua menganggap remeh, anak-anak dianggap masih kecil dan belum mengerti apa-apa. 

Pengenalan pendidikan seksual ini saya lakukan pada anak usia 5-6 tahun. Mereka secara kognitif sudah mampu menyebut nama dan membedakan benda-benda lebih spesifik dari usia dibawahnya.  

Metode pembelajaran yang saya pilih adalah menggunakan permainan di lingkaran (circle time), menyanyi lagu Kujaga Diriku dan Seragam Kami. Kegiatan ini saya lakukan sebelum memulai pembelajaran inti.  

Boneka


Circle Time adalah kegiatan melingkar, bermain secara berkelompok baik guru dan anak, yang dilakukan  untuk membangun Mood dan pemahaman anak tentang materi yang diajarkan.  Anak dapat mendengarkan cerita, bernyanyi,  berbicara, bertanya dan bergerak bebas namun terarah.

 Lagu Kujaga Diriku dan Seragam Kami bertujuan mengenalkan bagian tubuh yang harus dijaga,  boleh disentuh dan tidak boleh disentuh. Anak-anak sangat antusias sekali menirukan lagu berjudul “Kujaga Diriku”, karena lirik dan geraknya mudah diingat serta musiknya ceria.  

“Kujaga Diriku”

Sentuhan Boleh Sentuhan Boleh

Kepala Tangan Kaki

Karena Sayang Karena Sayang Karena Sayang

Sentuhan Tidak Boleh Sentuhan Tidak Boleh

Yang tertutup Baju Dalam

Hanya Diriku Hanya Diriku

Yang Boleh Menyentuh 

Sentuhan Boleh Sentuhan Boleh

Kepala Tangan Kaki

Karena Sayang Karena Sayang Karena Sayang

Sentuhan Tidak Boleh Sentuhan Tidak Boleh

Yang tertutup Baju Dalam

Katakan Tidak Boleh Lebih Baik Menghindar

Bilang Ayah Ibu

Mereka juga senang bermain boneka bayi sambil menyebutkan nama anggota tubuh. Saya menjelaskan pada anak-anak bagian tubuh yang tidak boleh disentuh orang lain seperti dada, pantat dan alat kelamin. Mengenalkan pembiasaan untuk menutup kamar mandi apabila BAB/BAK, menutup aurat dan tidak membuka atau ganti baju sembarangan. 

Kami juga mengajarkan Toilet Training pada anak-anak, agar anak bisa mandiri saat buang air.

Hasilnya anak-anak mulai memahami kalau masih kecil tidak boleh pacaran, meminta bantuan guru apabila mengalami kesulitan saat ingin BAB/BAK, mengetahui perbedaan laki-laki dan perempuan, memahami bagian-bagian tubuh yang boleh dan tidak boleh disentuh, memakai baju yang menutup aurat dan hafal lagu-lagunya.  

Bagi saya memang tidak mudah mengenalkan pendidikan seksual pada anak usia dini. Perlu kerjasama, kesabaran, pembiasaan dan keteladanan. Namun ada kebahagiaan tersendiri saat melihat anak-anak tumbuh dan berkembang dengan aman, sehat dan ceria. 

Saya dan guru-guru PAUD yang lain juga sangat mendukung program Menteri pendidikan Nadiem Makarim, untuk menuntaskan 3 dosa besar dalam pendidikan, yaitu perundungan, intoleransi dan kekerasan seksual. Ketiga hal tersebut sangat mempengaruhi mental spiritual anak yang pada akhirnya mempengaruhi pembentukan karakter dan kecerdasan anak.  

Sekarang saatnya kita semua bergandeng tangan mendidik anak-anak dan menjaganya dari para predator seksual yang mengintai. Jangan lalai dan lengah. Sayangi para generasi emas bangsa ini dari tindak kekerasan seksual demi meraih masa depan yang gemilang. 

###

Catatan redaksi: Naskah ini dipublikasikan sebagai bagian dari Pelatihan Penulisan Berita dan Praktik Baik Disdik Tana Tidung 2021 



TIDENG PALE – Penanaman agama, khususnya membaca Al Quran, membutuhkan waktu cukup panjang. PAUD Nurul Jadid di Kabupaten Tana Tidung, Kalimantan Utara menggunakan metode Tilawati untuk mengenalkan huruf-huruf Hijaiyah pada anak. Metode ini dipandang cukup berhasil membuat anak-anak tertarik  belajar mengaji. 

Guru PAUD Nurul Jadid, Yul Rani Pratama, S.Pd menjelaskan, metode Tilawati ini sudah diterapkan dalam 3 tahun terakhir, yang sebelumnya menggunakan metode membaca Iqra’. “Lagu atau nada dalam metode Tilawati ini sangat indah dan enak di dengar, sehingga anak tertarik untuk menirukannya,” ujarnya saat ditemui di kelasnya April lalu.

Bunda Rani begitu Ia biasa dipanggil, tidak hanya bekerja sebagai Guru PAUD tetapi juga seorang penyuluh agama. Ia sangat kompeten mengajar mengaji. Ia tidak hanya mengajar mengaji kepada anak-anak, tetapi juga untuk remaja dan ibu-ibu. Baginya mengajar mengaji merupakan tantangan tersendiri. Tidak mudah mengajarkan sesuatu yang baru, khususnya pada anak usia dini. Harus punya strategi yang tepat, kreatif dan inovatif. Ia menyelipkan lagu-lagu religius yang ceria sebelum memulai mengaji, seperti Ayo Belajar Al-Quran dan Asmaul Husna. Tanpa paksaan anak-anak berkumpul dengan sendirinya untuk belajar mengaji bersama. 

Kegiatan mengaji dengan metode Tilawati merupakan program PAUD Nurul Jadid. Kegiatan ini dilakukan setiap hari sesudah anak-anak selesai pembelajaran. Program tersebut telah disampaikan pada orang tua dan disepakati dengan komite (paguyuban sekolah). Tujuannya adalah untuk menanamkan karakter religius sejak dini pada anak. Al Quran adalah kitab suci dan pedoman kehidupan yang harus dipelajari dan dipahami umat islam. Menurut Kepala Sekolah PAUD Nurul Jadid, Siti Aslamiyah, S.Pd, sejak usia dini anak-anak perlu dikenalkan pada Al Quran. “Saya merasa sedih melihat banyak anak-anak remaja bahkan orang dewasa yang tidak bisa membaca Al-Quran,” ungkapnya. 

Metode Tilawati ini terbukti meningkatkan rasa ingin tahu dan minat anak untuk mengenal huruf-huruf Hijaiyah, yang pada akhirnya secara bertahap akan membaca Al-Quran. Anak-anak diajarkan Tilawati PAUD atau Tilawati Dasar secara bersama-sama dahulu, baru kemudian di panggil satu persatu untuk membaca sesuai dengan kemampuannya. Masing-masing anak menggunakan buku Tilawati yang sudah terstandar, sehingga mudah untuk monitoring dan evaluasi. Anak-anak yang mengikuti kelas mengaji Tilawati semakin banyak, tidak hanya murid PAUD Nurul Jadid, tetapi juga anak-anak yang tinggal disekitarnya. “Penting sekali membuat anak merasa senang dan nyaman. Ilmu apa pun akan mudah diterima anak, termasuk mengaji dengan metode Tilawati ini, apabila anak-anak merasa bahagia," tutupnya. (Tri Lestari Rakhmawati, SE)

 ###

Catatan redaksi: berita ini dipublikasikan sebagai bagian dari pelatihan penulisan berita dan praktik baik Disdik Tana Tidung 2021.


Puji Lestari ingat betul rasa frustasi yang Ia rasakan pada Juni 2020. Dalam kondisi darurat guru kelas 1 SDN TU 2 Tana Tidung, Kabupaten Tana Tidung, Kalimantan Utara ini, harus menerima siswa baru. Ia merasakan tekanan karena memulai kelas baru tanpa pernah bertemu siswa, tidak tahu level kemampuan siswa, tidak bisa menentukan materi ajar yang tepat, dan tidak semua siswanya bisa belajar online. Namun rasa frustasi Puji tidak berlangsung lama. Dalam kegiatan webinar yang digelar FKIP UBT dan INOVASI pada Februari 2021, Puji berbagi praktik baik untuk mengalahkan situasi sulit itu. 

Bukan hanya Puji sendiri yang stress pada Juni 2020 itu. Semua guru kelas 1 di Tana Tidung juga merasakan hal yang sama. Wajar kalau mereka tertekan hebat. Kondisi darurat akibat pandemi COVID-19 membuat semua pihak kelimpungan. Apalagi guru-guru di daerah. Mereka tidak punya pengetahuan dan pengalaman menghadapi kondisi darurat ini. 

Syukurnya mimpi buruk Puji tidak berlangsung lama. Tidak lebih dari satu bulan, Disdik Tana Tidung langsung memberikan solusi. Puji bersama guru-guru di Tana Tidung mendapat pelatihan melakukan pemetaan kemampuan membaca dengan formative assessment. Alat test sederhana dikembangkan Disdik bersama Program Inovasi untuk Sekolah Indonesia (INOVASI). Alat test ini mampu mengukur kemampuan mengenal huruf, suku kata, kata, dan pemahaman membaca. 

Puji mengatakan setelah dilatih melakukan formative assessment, Ia langsung melakukan tes kepada siswanya. Kegiatan itu dilakukan pada Juli 2020. Hasilnya 86 persen siswanya hanya bisa membaca huruf. Hanya 2 orang siswanya yang bisa membaca pemahaman. Puji sendiri memiliki 21 siswa. 

Selain itu, guru-guru kelas 1 juga dilatih membuat Lembar Aktivitas Siswa (LAS). LAS ini merujuk kepada kurikulum dalam kondisi khusus (darurat) dan modul belajar literasi Kemdikbud. Melalui pelatihan ini, guru seperti Puji mampu merancang dua model LAS. LAS pertama merupakan level mengenal huruf, dan LAS kedua sudah level pemahaman membaca.”Saya sangat terbantu dengan pelatihan dan pendampingan yang diberikan oleh Disdik Tana Tidung ini,” tukasnya.  

Penggunaan LAS yang sesuai level kemampuan siswa ternyata membaca dampak positif. Siswa mulai menunjukkan peningkatan kemampuan membaca. Pada Juli 2020, anak-anak yang mencapai level pemahaman membaca sudah mencapai 24 persen. Sedangkan jumlah siswa yang hanya mampu membaca huruf terus berkurang. Pada Juli 2020 tinggal 29 persen siswa yang masih berada di level membaca huruf. Selebihnya sudah meningkat ke level membaca suku kata dan kata.

 Beberapa siswa Puji juga mengalami peningkatan kemampuan membaca yang sangat cepat. Salah satunya Fauzan. Ia hanya bisa membaca huruf ketika pertama sekali bersekolah di Juli 2020. 

Seminggu sekali Puji datang ke rumah Fauzan. Ia memberikan bimbingan belajar menggunakan LAS level mengenal huruf. Puji dan orangtua bekerja sama membantu Fauzan agar kemampuan membacanya meningkat. Selama 30 menit Fauzan dilatih mengenal huruf dengan berbagai alat bantu. Setelah itu orang tua melanjutkan proses pendampingan belajar memakai LAS. Orangtua juga membacakan buku cerita yang setiap minggu dipinjam sekolah. 

Penggunaan LAS, pendampingan, dan kegiatan membaca buku cerita ternyata berhasil meningkatkan kemampuan Fauzan. Perlahan Fauzan mulai mengenal lebih banyak huruf, suku kata, dan kata. Pada bulan September 2020, Fauzan sudah bisa membaca buku cerita sederhana. Ia bahkan sudah bisa menceritakan isi cerita buku itu. 

Kisah Fauzan adalah contoh bagaimana strategi Tana Tidung berhasil membantu siswa kelas 1 SD bisa memiliki kompetensi membaca di masa pandemi COVID-19. Strategi ini merupakan bagian dari kebijakan Tana Tidung untuk mengantisipasi potensi learning loss. 

### 


Catatan redaksi: naskah ini disarikan dari presentas Puji Lestari berjudul Pelaksanaan Formative Assessment Untuk Membantu Siswa Mampu Membaca di Masa PJJ yang dipresentasikan dalam webinar Mitigasi Learning Loss untuk Mencegah Kerugian Ekonomi dan Sosial di Masa Depan Akibat PJJ Berkepanjangan yang diselenggarakan oleh FKIP Universitas Borneo Tarakan (UBT) dan Program INOVASI pada 11 Februari 2021. Salah satu narasumber webinar ini adalah Michelle Kaffenberger, peneliti Research on Improving System of Education (RISE) International dan akademisi di Blavatnik School of Government, University of Oxford, Inggris. Rekaman webinar tersebut dapat diakses disini: https://www.youtube.com/watch?v=k46jySGSwKY

 

 

 




Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Tana Tidung menyelenggarakan Pelatihan Penulisan Berita dan Praktik Baik bagi para guru yang mewakili sekolah dari jenjang PAUD, TK, SD hingga SMP se-KTT. Pelatihan dilakukan secara daring melalui aplikasi zoom meeting pada Senin (25/10/2021).

Pelatihan ini bekerjasama dengan program INOVASI Kaltara dengan Fasilitator Erix Hutasoit Communication Officer INOVASI Kaltara dan Dedy Hutajulu Jurnalis Senior Finalis Anugerah Adiwarta 2014 Penerima Beasiswa Kunjungan Belajar ke Australia dari AEC (Australia Electoral Commission) 2015.

Acara ini di buka oleh Kepala Bidang Pendidikan dan Pembinaan Pendidikan Dasar, Johansyah, S.Pd. Dalam sambutannya menyampaikan bahwa pelatihan menulis berita dan praktik baik ini sangat penting bagi para guru agar bisa mengaplikasikannya pada kegiatan belajar mengajar di sekolah serta dapat membagikan ilmunya pada guru-guru lain yang tidak sempat mengikuti pelatihan ini.





Dalam rangka memperingati Hari Guru Nasional Tahun 2021, Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi akan menyelenggarakan Apresiasi Guru dan Tenaga Kependidikan Inspiratif Tahun 2021.

Kegiatan ini bertujuan memberikan apresiasi terhadap Guru (TK, SD, SMP, SMA, SMK, SLB, GPK), Kepala Sekolah, Kepala TK, Pengelola KB/TPA/SPS, Pengawas Sekolah, Pamong Belajar, dan Penilik PAUD dan Dikmas yang telah berperan aktif dan memiliki praktik baik dalam melakukan Pembelajaran Tatap Muka Terbatas (PTMT) dalam mengatasi learning loss yang disebabkan karena pandemi COVID-19 dengan kebijakan Merdeka Belajar.

Tema yang diusung pada Hari Guru Nasional tahun 2021 adalah “Bergerak dengan Hati, Pulihkan Pendidikan.”

Pendaftaran Apresiasi Guru dan Tenaga Kependidikan Inspiratif Tahun 2021 dibuka mulai tanggal 26 Oktober s.d. 3 November 2021 dengan masing-masing Direktorat memiliki tautan pendaftaran masing-masing dan telah tertera di infografik di atas.

Yuk, ikuti Apresiasi Guru dan Tenaga Kependidikan Inspiratif tahun 2021! Jangan ketinggalan dan ajak rekan-rekan Guru dan Tenaga Kependidikan lainnya ya.






Sumber: Ditjen GTK Kemdikbud RI

BP PAUD dan Dikmas Kaltim pada tahun 2021 memperoleh kuota untuk pemetaan mutu PAUD dan Pendidikan Masyarakat (SKB/PKBM) wilayah Kaltim dan Kaltara sebanyak 2988 lembaga dan 42 lembaga diantaranya berasal dari Kabupaten Tana Tidung. Setelah pengisian instrumen beserta lampiran dokumen 8 standar pendidikan oleh lembaga, dilanjutkan dengan pengolahan data dan analisis oleh tim Pemetaan Mutu BP PAUD dan Dikmas Kaltim direkomendasikan 33 lembaga PAUD  diusulkan untuk akreditasi/reakreditasi, sedangkan 5 lembaga PAUD dapat diusulkan akreditasi dengan supervisi yang ketat. Untuk lembaga SKB dan PKBM direkomendasikan untuk akreditasi 3 lembaga PKBM, sedangkan 1 SKB masih belum dapat diusulkan akreditasi karena standar yang terpenuhi pada lembaga masih di bawah 40%.

Berdasarkan hasil analisis data mutu PAUD dan Dikmas Kabupaten Tana Tidung tahun 2021 tersebut, BP PAUD dan Dikmas Kaltim melaksanakan kegiatan Supervisi untuk melaksanakan pembimbingan pada lembaga PAUD dan SKB/PKBM di Kabupaten Tana Tidung. Narasumber berasal dari Tim Perwalian BP PAUD dan Dikmas serta Tim Pendamping Daerah berasal dari Assessor setempat, bertujuan untuk memperbaiki/menguatkan lembaga pada standar-standar yang lemah agar dapat menaikan prosentase standar terpenuhi dan selanjutnya dapat diusulkan untuk akreditasi/reakreditasi.







TRIBUNKALTARA.COM, TANA TIDUNG - Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Tana Tidung, Jafar Sidik, mengatakan, standar pendidikan anak usia dini atau PAUD berfungsi sebagai dasar dalam perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, dan tindak lanjut pendidikan dalam rangka mewujudkan PAUD bermutu.

Pendidikan bermutu menjadi kunci terwujudnya sumber daya manusia yang berkualitas, sebagaimana menjadi misi pertama Bupati dan Wakil Bupati Tana Tidung.

Untuk mengukur pencapaian standar PAUD tersebut, kata dia, maka dilakukan pemetaan mutu di setiap satuan pendidikan, yang disebut sebagai Sistem Penjaminan Mutu Internal (SPMI).

Baca selengkapnya di TribunKaltara.com


Pendidikan bermutu menjadi kunci terwujudnya sumber daya manusia yang berkualitas sebagaimana menjadi misi pertama Bupati dan Wakil Bupati Tana Tidung. Pendidikan bermutu mengacu pada pencapian standar pendidikan nasional. Pada pendidikan anak usia dini, diatur dalam Permendikbud Nomor 137 Tahun 2014. 

Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Tana Tidung, Jafar Sidik, SE mengatakan bahwa standar PAUD tersebut berfungsi sebagai dasar dalam perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, dan tindak lanjut pendidikan dalam rangka mewujudkan PAUD bermutu.

"Untuk mengukur pencapaian standar PAUD tersebut, maka dilakukan pemetaan mutu di setiap satuan pendidikan yang disebut sebagai Sistem Penjaminan Mutu Internal (SPMI). Melalui kegiatan ini diharapkan mutu pendidikan anak usia dini di Tana Tidung dapat dipetakan. Kita ketahui lembaga PAUD yang sudah baik dan yang masih perlu ditingkatkan. Data tersebut juga menjadi dasar pengambilan kebijakan peningkatan mutu PAUD ke depannya" tambahnya saat membuka Bimbingan Teknis Penjaminan Mutu PAUD Tahun 2021, pada Selasa (12/10/2021).

Mengingat pentingnya data tersebut, maka pada kesempatan tersebut ia berpesan kepada seluruh peserta Bimtek untuk melengkapi data sebagaimana mestinya pada Dapodik, Instrumen Penilaian Prasyarat Akreditasi (PPA), dan instrumen akreditasi. Data pada Dapodik menjadi indikator keberhasilan meningkatkan akses pendidikan usia dini. Dari Data Neraca Pendidikan Nasional (NPD) tahun 2019 diketahui baru 39,15% penduduk usia dini masuk PAUD.

"Untuk meningkatkan angka partisipasi tersebut, maka kita sedang menyiapkan kebijakan minimal 1 tahun PAUD sebelum masuk SD yang diatur dalam Peraturan Bupati. Kita juga akan mensosialisasikan terlebih dahulu di setiap kecamatan dan desa agar diketahui bersama sebelum diterapkan" papar Jafar.

Kebijakan tersebut, lanjutnya, merujuk pada Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2018 tentang Standar Pelayanan Minimal dan dijabarkan dalam Permendikbud Nomor 32 Tahun 2018. Namun demikian, wajib PAUD 1 tahun pra SD perlu disertai dengan peningkatan mutu lembaga yang ditandai dengan akreditasi. Berdasarkan NPD 2019, diketahui baru sekitar 12 dari 38 PAUD atau 34% yang terakreditasi B. Sisanya masih terakreditasi C dan belum ada yang terakreditasi unggul atau A. 

"Kita berharap 33 PAUD yang saat ini diusulkan akreditasi bisa meningkat akreditasinya. Yang akreditasi C menjadi B, yang B naik jadi A. Namun demikian, akreditasi diharapkan betul-betul menggambarkan mutu lembaga. Oleh karenanya, instrumen harus diisi secara lengkap dan sebagaimana mestinya" pungkasnya.





















Hari ini (5/10/2011) Kegiatan KKG MINI Mandiri dilakukan oleh guru-guru SDN 001 Tana Tidung setelah mereka mengikuti kegiatan KKG gugus Melati kemarin (4/10/2021).

DI KKG Mini, guru di SDN 001 Tana Tidung didampingi para Fasilitator Gugus yang bertugas di sekolah tersebut.  Guru kembali mempelajari materi pelatihan di gugus dan mendiskusikan agar materi KKG unit 1 dan 2 lebih didalami. 

KKG Mini yg didanai masing-masing sekolah, juga membahas kegiatan apa yang akan dipraktekkan di kelas terkait materi unit 2 (Literasi Berimbang Pada Modul Literasi Kemendikbud). Bahan ajar yang akan dipraktekkan meliputi material (kartu kata), modul,  dan skenario pembelajaran yang disiapkan oleh guru kelas rombel yang sama.







Pendidikan anak usia dini memiliki peran penting dalam tumbuh kembang anak. Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Tana Tidung, Jafar Sidik, mengatakan bahwa di masa usia dini terjadi pertumbuhan dan perkembangan yang sangat pesat. Masa ini menjadi pondasi masa perkembangan selanjutnya. Oleh karenanya, masa usia dini sebut juga dengan masa keemasan.

"Mengingat pentingnya masa anak usia dini maka lingkungan belajar  harus berkualitas. Hanya pendidikan yang berkualitas yang mampu mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas sebagaimana misi Bupati dan Wakil Bupati Tana Tidung" kata Jafar Sidik kala membuka Bimbingan Teknis Pengelolaan Lingkungan Belajar Berkualitas Bagi Pusat Kegiatan Gugus PAUD yang diselenggarakan di Ruang Rapat Disdikbud, pada Rabu (29/09/2021). 

Lingkungan belajar berkualitas, lanjutnya, tidak hanya dimaknai pada sarana dan prasarana. Tetapi juga kualitas guru, metode dan media pembelajaran, hingga keterlibatan keluarga dan masyarakat. Beranjak dari hal tersebut, disusun berbagai kebijakan seperti PAUD Holistik Integratif yang melibatkan berbagai pihak. Tak hanya dari sisi pendidikan tetapi juga kesehatan, kependudukan, dan lainnya.

"Seperti Dinas Kesehatan melakukan imunisasi dan gizi seimbang. Kalau pembelajarannya berkualitas dan anaknya juga sehat, perkembangan kognitif, psikomotorik, dan sosial anak lebih optimal. Untuk Disdukcapil di bagian administrasi kependudukan. Semua peserta didik  lengkap data kependudukannya jadi tidak ada masalah untuk penerbitan NISN (Nomor Induk Siswa Nasional)" urainya.

Kebijakan lainnya yang akan diterapkan ialah program wajib PAUD 1 tahun pra SD. Ia menargetkan regulasinya sudah bisa disosialisasikan tahun depan  sebelum diterapkan. Dengan kebijakan tersebut pula akan berimplikasi pada peningkatan biaya operasional pendidikan (BOP) melalui dana APBD.

"Tahun ini disiapkan 650 juta untuk 38 PAUD. Ke depan kita akan tingkatkan sesuai kemampuan. BOP ini kita arahkan untuk memenuhi standar pelayanan minimal yang diatur dalam PP Nomor 2 Tahun 2018 dan dijabarkan dalam Permendikbud nomor 32 Tahun 2018. BOP yang diberikan akan dievaluasi. Satuan pendidikan yang kurang peserta didiknya karena kualitas yang rendah kita akan merger dengan yang terdekat" lanjut Jafar.

Bimtek Lingkungan Belajar Berkualitas merupakan program kerjasama Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan melalui Direktorat PAUD dengan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Tana Tidung. Program tersebut merupakan implementasi dari amanat Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 11 yang menyatakan bahwa Pemerintah dan Pemerintah Daerah wajib memberikan layanan dan kemudahan, serta menjamin terselenggaranya pendidikan yang bermutu bagi setiap warga negara tanpa diskriminasi.

Artikel ini seiring dengan publikasi oleh:

  1. fokusborneo.com dengan judul Dorong Tumbuh Kembang Anak, Disdikbud Wajibkan PAUD 1 Tahun Pra SD
  2. Tribun Kaltara dengan judul Kadisdik Tana Tidung Jafar Sidik Sebut, PAUD Miliki Peran Penting Terhadap Tumbuh Kembang Anak






MKRdezign

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *

Diberdayakan oleh Blogger.
Javascript DisablePlease Enable Javascript To See All Widget