Kadisdikbud KTT Sampaikan Masukan Kaltara Soal Kurikulum Merdeka
Masukan. Kadisdikbud KTT, Jafar Sidik
memaparkan empat masukan Kaltara untuk implementasi kurikulum merdeka.
Tideng Pale – Kemdikbudristek mengundang Kepala Dinas Pendidikan Bulungan, Malinau, dan Tana Tidung untuk memberikan masukan dalam mengimplementasikan kurikulum merdeka. Dalam pertemuan secara virtual itu, Kamis (17/2), Kadisdikbud Tana Tidung, Jafar Sidik didaulat menjadi juru bicara Kaltara. “Kami mengucapkan terima kasih karena telah dilibatkan untuk ikut dalam pembahasan yang sangat penting ini,” terang Jafar.
Lebih lanjut Jafar mengatakan, Kaltara menyambut positif kehadiran kurikulum merdeka yang baru diluncurkan Mendikbud Nadiem Makarim. Kurikulum baru ini dinilai lebih ringkas dan fleksibel, sehingga mengurangi beban guru. Guru bisa lebih fokus untuk mengajarkan siswa kompetensi esensial yaitu literasi dan numerasi.
Agar
implementasi kurikulum merdeka berjalan efektif di Kaltara, Jafar memberikan
empat masukan kepada Kemdikbudristek. Keempat masukan itu menyangkut soal
pengintegrasian kurikulum merdeka dengan prioritas pembangunan daerah,
pembagian peran yang tegas antara Kemdikbudristek dan pemerintah daerah, desain
pelatihan yang sesuai dengan kondisi daerah, dan peran pemerintah daerah untuk
menyupervisi kurikulum operasional agar selaras dengan peningkatan hasil
assessment kompetensi minimum (AKM).
Lebih detail
Jafar mengatakan, masing-masing kepada daerah
memiliki target pembangunan sendiri sesuai janji politik yang dirangkum melalui
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD). “Janji politik ini juga
termasuk di bidang pendidikan, misalnya janji untuk meningkatkan angka
literasi-numerasi, kualitas pendidikan, akses pendidikan, memperkuat budaya
lokal dll. Mewujudkan janji politik ini menjadi prioritas pembangunan di
daerah. Jadi penting sekali dalam operasionalnya nanti, ada hubungan yang kuat
antara kurikulum merdeka dengan penuntasan RPJMD,” terangnya.
Ia meminta
adanya ketegasan pembagian tugas antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah
dalam implementasi kurikulum merdeka. Pembagian peran itu meliputi penggunaan
sumber daya manusia, alokasi anggaran, dan tanggung jawab melakukan
monitoring serta evaluasi.
Selanjutnya
Jafar meminta Kemdikbudristek untuk mengizinkan daerah melakukan modifikasi
pelatihan kurikulum merdeka. Ia mengatakan jika pelatihan hanya mengandalkan
pelatihan daring (online), itu akan membawa kesulitan bagi Kaltara. Masih
banyak sekolah dan desa di provinsi termuda di Indonesia itu yang belum
memiliki sarana infrastruktur seperti listrik dan internet. Guru-guru di
Kaltara akan kesulitan mengakses, memahami, dan mengimplementasikan materi
pelatihan jika hanya dilatih secara online. Namun jika daerah diizinkan
memodifikasi pelatihan, pemerintah daerah bisa menggerakkan kelompok kerja guru
(KKG) dan Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP).”Kami sudah punya pengalaman
menjalankan KKG dan MGMP. Selain itu kami juga punya fasilitator terlatih untuk
menggerakkan kedua komunitas belajar itu, "tukasnya.
Selain itu Jafar
meminta agar dinas pendidikan diberi peran untuk ikut menyupervisi kurikulum
operasional yang dirancang sekolah. Peran supervisi ini penting untuk
memastikan kurikulum operasional berhubungan dengan peningkatan hasil AKM
daerah. Ia mengatakan Kemdikbudristek meminta pemerintah daerah melakukan
berbagai upaya untuk meningkatkan hasil AKM. “Namun urusan kurikulum merdeka,
sekolah dan guru yang diberi otonomi yang besar untuk menentukan kurikulum
operasional. Jika dinas pendidikan tidak memiliki peran untuk ikut serta
menyupervisi kurikulum operasional, maka dinas pendidikan akan kesulitan untuk
memastikan bahwa pembelajaran di kelas akan selaras dengan peningkatan AKM di
masa depan,” tegasnya.
Sejumlah
pejabat senior Kemdibudristek merespons positif masukan dari Kaltara. Salah
satunya dari Plt. Kepala Pusat Pembelajaran dan Kurikulum (Pusmenjar) BSKAP
Kemdikbudristek Zulkifli Anas. Ia mendukung penggunaan komunitas belajar
seperti KKG dan MGMP untuk mempelajari kurikulum merdeka. Ia mengatakan kepala
sekolah, pengawas, dan guru bisa berbagi pengalaman menggunakan kurikulum
merdeka melalui KKG dan MGMP. Zulkifli berharap pemerintah daerah dapat
memfasilitasi tumbuhnya komunitas belajar di daerah masing-masing.
Sosialisasi kurikulum merdeka secara virtual ini diikuti 19 kabupaten/kota mitra Program Inovasi untuk Anak Sekolah Indonesia (INOVASI) yang berada di Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, dan Kalimantan Utara. Pertemuan sosialisasi ini dihadiri Direktur Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan (GTK) Kemdikburistek Iwan Syahril, dan Kepala Badan Standar, Kurikulum, dan Asesmen Pendidikan (BSKAP), Kemdikbudristek, Anindito Aditomo (*)