Bangun Self Defense Anak Dengan Lagu Kujaga Diriku dan Seragam Kami


Circle Time


Oleh Tri Lestari Rakhmawati, SE, PAUD Nurul Jadid, Tideng Pale, Kabupaten Tana Tidung, Kalimantan Utara. 

Pelecehan seksual sering sekali menimpa anak. Penting sekali membangun pertahanan diri (self defense) anak dengan mengajarkan mereka untuk melindungi dan menutup bagian tubuh. Upaya membangun self defense itu bisa kita lakukan dengan kegiatan bermain circle time sambil bernyanyi lagi Kujaga Diriku. 

Pendidikan seksual tidak hanya perlu diajarkan kepada remaja dan orang dewasa, tetapi juga penting untuk diperkenalkan kepada anak sejak usia dini. Kekerasan seksual tidak hanya terjadi pada anak remaja dan dewasa. Anak usia PAUD juga sangat rentan mengalami pelecehan seksual karena keluguan mereka. Anak-anak kita itu banyak yang mereka tidak memahami, bahwa ada bagian-bagian tubuhnya yang harus dilindungi dan tidak boleh di pegang oleh sembarang orang. Ketidaktahuan itu memuat self defense mereka menjadi lemah. 

Membangun self defense ini menjadi materi penting yang kami ajar dan latih di PAUD. Hanya saja, anak-anak PAUD tidak bisa diajar dengan cara berceramah. Dunia anak adalah bermain. Dibutuhkan pembelajaran yang menarik dan menyenangkan agar mereka bisa menangkap materi yang diajarkan. Karena hal itulah, pembelajaran di PAUD memerlukan beragam media permainan yang menarik dan aman.  

Saya mengenalkan pendidikan seksual dengan cara yang sederhana. Saya menggunakan lagu-lagu dan boneka bayi. Penggunaan lagu dan boneka bayi ini, bertujuan agar anak mengetahui perbedaan secara umum antara laki-laki dan perempuan. Perbedaan itu misalnya perbedaan fisik, baju dan tingkah laku atau kebiasaannya. Selain itu mereka juga harus mulai diberitahu tentang batasan fisik yang boleh atau tidak boleh disentuh oleh orang lain. 

Saya melakukan pengamatan pada anak-anak di sekolah. Saya menemukan ada masalah yang sering sekali dibiarkan terus terjadi. Anak-anak kerap membuka pakaian secara sembarang di tempat umum ketika buang air besar (BAB) maupun buang air kecil (BAK). Mereka tidak memperhatikan situasi sekitarnya.  

Ada pula beberapa anak juga yang suka saling mencubit dan mencium pipi temannya dan menyebut pacaran pada temannya. 

Menurut saya, dua hal di atas terjadi karena kurangnya stimulasi yang tepat di rumah. Terkadang orang tua menganggap remeh, anak-anak dianggap masih kecil dan belum mengerti apa-apa. 

Pengenalan pendidikan seksual ini saya lakukan pada anak usia 5-6 tahun. Mereka secara kognitif sudah mampu menyebut nama dan membedakan benda-benda lebih spesifik dari usia dibawahnya.  

Metode pembelajaran yang saya pilih adalah menggunakan permainan di lingkaran (circle time), menyanyi lagu Kujaga Diriku dan Seragam Kami. Kegiatan ini saya lakukan sebelum memulai pembelajaran inti.  

Boneka


Circle Time adalah kegiatan melingkar, bermain secara berkelompok baik guru dan anak, yang dilakukan  untuk membangun Mood dan pemahaman anak tentang materi yang diajarkan.  Anak dapat mendengarkan cerita, bernyanyi,  berbicara, bertanya dan bergerak bebas namun terarah.

 Lagu Kujaga Diriku dan Seragam Kami bertujuan mengenalkan bagian tubuh yang harus dijaga,  boleh disentuh dan tidak boleh disentuh. Anak-anak sangat antusias sekali menirukan lagu berjudul “Kujaga Diriku”, karena lirik dan geraknya mudah diingat serta musiknya ceria.  

“Kujaga Diriku”

Sentuhan Boleh Sentuhan Boleh

Kepala Tangan Kaki

Karena Sayang Karena Sayang Karena Sayang

Sentuhan Tidak Boleh Sentuhan Tidak Boleh

Yang tertutup Baju Dalam

Hanya Diriku Hanya Diriku

Yang Boleh Menyentuh 

Sentuhan Boleh Sentuhan Boleh

Kepala Tangan Kaki

Karena Sayang Karena Sayang Karena Sayang

Sentuhan Tidak Boleh Sentuhan Tidak Boleh

Yang tertutup Baju Dalam

Katakan Tidak Boleh Lebih Baik Menghindar

Bilang Ayah Ibu

Mereka juga senang bermain boneka bayi sambil menyebutkan nama anggota tubuh. Saya menjelaskan pada anak-anak bagian tubuh yang tidak boleh disentuh orang lain seperti dada, pantat dan alat kelamin. Mengenalkan pembiasaan untuk menutup kamar mandi apabila BAB/BAK, menutup aurat dan tidak membuka atau ganti baju sembarangan. 

Kami juga mengajarkan Toilet Training pada anak-anak, agar anak bisa mandiri saat buang air.

Hasilnya anak-anak mulai memahami kalau masih kecil tidak boleh pacaran, meminta bantuan guru apabila mengalami kesulitan saat ingin BAB/BAK, mengetahui perbedaan laki-laki dan perempuan, memahami bagian-bagian tubuh yang boleh dan tidak boleh disentuh, memakai baju yang menutup aurat dan hafal lagu-lagunya.  

Bagi saya memang tidak mudah mengenalkan pendidikan seksual pada anak usia dini. Perlu kerjasama, kesabaran, pembiasaan dan keteladanan. Namun ada kebahagiaan tersendiri saat melihat anak-anak tumbuh dan berkembang dengan aman, sehat dan ceria. 

Saya dan guru-guru PAUD yang lain juga sangat mendukung program Menteri pendidikan Nadiem Makarim, untuk menuntaskan 3 dosa besar dalam pendidikan, yaitu perundungan, intoleransi dan kekerasan seksual. Ketiga hal tersebut sangat mempengaruhi mental spiritual anak yang pada akhirnya mempengaruhi pembentukan karakter dan kecerdasan anak.  

Sekarang saatnya kita semua bergandeng tangan mendidik anak-anak dan menjaganya dari para predator seksual yang mengintai. Jangan lalai dan lengah. Sayangi para generasi emas bangsa ini dari tindak kekerasan seksual demi meraih masa depan yang gemilang. 

###

Catatan redaksi: Naskah ini dipublikasikan sebagai bagian dari Pelatihan Penulisan Berita dan Praktik Baik Disdik Tana Tidung 2021 


Posting Komentar

[facebook]

MKRdezign

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *

Diberdayakan oleh Blogger.
Javascript DisablePlease Enable Javascript To See All Widget